Rabu, 06 Mei 2015

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) (Intra Uterine Device = IUD)



ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
(INTRA UTERINE DEVICES = IUD)




 

1.      Suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif (Saefuddin, 2003)
2.      AKDR adalah suatau usaha pencegahan kehamilan dengan menggulung secarik kertas, diikat dengan benang lalu dimasukkan ke dalam rongga rahim (Prawirohardjo, 2005)
3.     


  •  AKDR Non-hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4. Karena itu berpuluh-puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari genersi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi plastik(polietilen) baik yang diambah obat maupun tidak.
>>  Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi

1   Bentuk terbuka (oven device)
Misalnya: LippesLoop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil, Multiload,Nova-T
2   Bentuk tertutup (closed device)
Misalnya: Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring.
b   >> Menurut Tambahan atau Metal
1    Medicated IUD
Misalnya: Cu T 200, Cu T 220, Cu T 300, Cu T 380 A, Cu-7, Nova T, ML-Cu 375
2   Un Medicated IUD
Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.
IUD yng banyak dipakai di Indonesia dewasa ini arijenis Un Medicated yaitu Lippes Loop dan yang dari jenisMedicated Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T.
Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera dibelakang IUD menunjukkanluasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 200mm2
2    IUD yang mengandung hormonal
a    Progestasert-T = Alza T
Panjang 36mm, lebar 32mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65mcg progesteron per hari. Tabung insersinya berbentuk lengkung, Daya kerja :18 bulan. Teknik insersi: plunging. (modified withdrawal)
L  LNG-20
      Mengandung 46-60mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20mcg per hari, Sedang diteliti di Finlandia. Angka kegagalan /kehamilan sangat rendah: ‹0,5 per 100 wanita per tahun. Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami amenore atau perdarahan hait yan sangat sedikit.


 


1.      Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi radang setempat, dengan sebutan lekorit yang dapat melarutkan blastosis atau seperma. Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat tembaga mungkin berlainan. Tembaga dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan ke dalam rongga uterus juga menghambat khasiatanhidrase karbon dan fosfatase alkali. AKDR yang mengeluarkanhormon juga menebalkan lender sehingga menghalangi pasasi sperma (Prawirohardjo, 2005).
2.      Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti, kini pendapat yang terbanyak ialah bahwa AKDR dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebutan leokosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma. Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan – perubahan pada pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus. Walaupun sebelumnya terjadi nidasi, penyelidik-penyelidik lain menemukan sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkanoleh meningkatnya kadar prostaglandindalam uterus pada wanita (Wiknjoastro, 2005).
3.      Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan sexual terjadi) AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim danmempengaruhi sel elur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah hubungan sexual terjadi) dalam beberapa kasus mungkin memiliki mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan mencegah terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur yang telah dibuahi ke dalam dinding rahim
4.      Menurut Saefuddin (2003), mekanisme kerja IUD adalah:
a.       Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
b.      Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
c.       AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun AKDR membuat sperma sulit ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
d.      Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam uterus.




1.      Efektivitas IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuition rate) yaitu beberapa lama IUD tetap tinggal dalam uteri tanpa:
a.       Ekspulsi
b.      Terjadinya kehamilan
c.       Pengangkatan/pengeluaran karena alasa-alasan medis atau pribadi.
2.      Efektivitas dari bermacam-macam IUD tegantung pada:
a.       IUD-nya: ukuran, bentuk kandungannya
b.      Akseptor: Umur, parietas, frekuensi senggama.
c.       Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur dan parietas diketahui :
1)      Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD
2)      Makin muda usia, terutama pada nulligravida makin tinggi angka ekspulsi dan pengangkatan /pengeluaran IUD.


1.      Keuntungan
a.       Keuntungan AKDR Non hormonal (Cu T 380A):
1)      Sebagai kontrasepsi efektivitasnya tinggi. Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama(1kegagalan dalan 125-170 kehamilan)
2)      AKDR dapat efektf segera setelah pemasangan
3)      Metode jangka panjang
4)      Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
5)      Tidak mempengaruhi hubungan sexual
6)      Meningkatkan kenyamanan sexual karena tidak perlu takut untuk hamil
7)      Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR(Cu T-380A)
8)      Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
9)      Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
10)  Dapat digunakan sampai menopause
11)  Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

b.      Keuntungan IUD hormonal adalah:
1)      Mengurangi volume darah haid dan mengurangi disminorrhoe
2)      Untuk mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh synechiae(Asherman’s Syndrome)
2.      Kerugian
a.       Kerugian AKDR (Cu T-380A) Non hormonal:
1)      Perubahan siklus haid
2)      Haid lebih lama dan banyak
3)      Perdarahan(spotting) antarmenstruasi
4)      Disaat haid lebih sakit
5)      Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
6)      Perforasi dinding uterus(sangat jarang apabila pemasangan benar)
7)      Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
8)      Tidak baik digunaka pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan
9)      Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri
10)  Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal.


b.      Kerugian IUD hormonal:
1)      Jauh lebih mahal dari pada Cu IUD
2)      Harus diganti setelah 18 bulan
3)      Lebih sering menimbulkan perdarahan mid-siklus dan perdarahan bercak(spotting)
4)      Insidens kehamilan ektopik lebih tinggi
5)      Efek samping dan komplikasi IUD hormonal dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
1)      Pada saat insersi
a)      Rasa sakit atau nyeri
b)      Muntah, keringat dingin
c)      Perforasi uterus
2)      Efek samping dan komplikasi IUD dikemudian hari:
a)      Rasa sakit dan perdarahan
b)      Infeksi
c)      Kehamilan intra-uterine
d)     Kehamilan ektopik
e)      Ekspulsi

1.      Yang dapat menggunakan AKDR/IUD dan Progestasert
a.       Usia reproduktif
b.      Keadan nullipara
c.       Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d.      Menyusui yang menginginkan menggunakan alat kontrasepsi
e.       Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
f.       Resiko rendah dari IMS
g.      Tidak menghendaki metode hormonal
h.      Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
i.        Perokok
j.        Sedang memakai antibiotika atau antikejang
k.      Gemuk ataupun yang kurus
l.        Sedang menyusui
2.      Begitu juga ibu dalam keadaan seperti di bawah ini dapat menggunakan AKDR (Cu T-380A):
a.       Penderita tumor jinak payudara
b.      Epilepsi
c.       Malaria
d.      Tekanan darah tinggi
e.       Penyakit tiroid
f.       Setelah kehamilan ektopik
g.      Penderita DM

1.      Sedang hamil
2.      Perdarahan vagina yang tidak diketaui
3.      Sedang menderita infeksi genetalia
4.      Penyakit trifoblas yang ganas
5.      Diketahui menderita TBC velvik
6.      Kanker alat genital
7.      Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm

1.      Persiapan alat yang digunakan dalam pemasangan AKDR/IUD
a.       Bivale speculum
b.      Tanekulum(penjepit portio)
c.       Sounde uterus(untuk mengukur kedalaman uterus)
d.      Forsep
e.       Gunting
f.       Bengkok larutan antiseptic
g.      Sarungtangan steril atau sarung tangan DTT
h.      Kasa atau kapas
i.        Cairan DTT
j.        Sumber cahaya yang cukup untuk penerangan servik
k.      AKDR(CuT-380A) atau Progestasert-T yang masih belum rusak dan terbuka
l.        Aligator(penjepit AKDR)

2.      Cara pemasangan AKDR atau Progestasert-T
Pemasangan AKDR sewaktu haid dan mengurangi rasa sakit dan memudahkan insersi melalui servikalis.
a)      Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan bentuk, ukuran dan posisi uterus
b)      Singkirkan kemungkinan kehamilan dan infeksi velvik
c)      Servik dibersihkan beberapa kali dengan larutan antiseptik
Iinspekulum, servik ditampilkan dan bibir depan servik dijepit dengan cunan servik, penjepit dilakukan kira-kira 2cm dari osteum uteri externum, dengan cunan bergerigi Saturday
d)     Sambil menarik servik dengan cunan servik, masukkanlah sounde uterus untuk menentukan arah sumbukanalis dan uterus, panjang kavum uteri, dan posisi osteum uteri internum. Tentukan arah ante atau retroversi uterus. Jika sounde masuk kurang dari 5 cm atau kavumuteri terlalu sempit, insersi AKDR jangan dilakukan
e)      Tabung penyalur dengan AKDR di dalamnya dimasukkan melalui kanalis servikalis sesuai dengan arah dan jarak yang didapat pada waktu pemasangan sounde. Kadang-kadang terdapat tahanansebelum fundus uteri tercapai. Dalam hal demikian pemasangan diulangi
e)
f)       AKDR dilepaskan dalam kavum uteri dengan cara menarik keluar tabung penyalur atau dapat pula dengan mendorong penyalur ke dalamkavumuteri, cara pertama agaknya dapat mengurangi perforasi oleh AKDR
g)      Tabung dan penyalur kemudian dikeluarkan, filamen AKDR ditinggalkan 2-3cm.
     3. Cara pencabutan AKDR
a.    Mengeluarkan AKDR lebih mudah jika dilakukan sewaktu haid
b.    Inspikulo filamen ditarik perlahan-lahan,jangan sampai putus AKDR-nya akan ikut keluar perlahan-lahan. Jika AKDR tidak ikut keluar dengan mudah, lakukan sounde uterus, sehingga osteum uteri internum terbuka. Sounde diputus 900 perlahan-lahan. Selanjutnya AKDR dikeluarkan seperti di atas
c.       Jika filamen tak tampak atau putus, AKDR dapat dikeluarkan dengan mikro kuret. Kadang-kadang diperlukan anastesi paraservikal untuk mengurangi rasa nyeri
d.      Dilatasi kanalis servikalis dapat dilakukan dengan dilator atau tabung laminaria
e.       AKDR Lippes tidak perlu dikeluarkan seara berkala, jika posisinya baik, tidak ada efek samping, dan pasien masih mau memakainya. AKDR tersebut dibiarkan saja intra uteri. Hanya AKDR tembaga perlu dikeluarkan dan digant secara periodik(2-3tahun), sedang Progestasert-T 1-2 tahun.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar